Selasa, 03 April 2018

MENGENAL KULTUR JARINGAN TANAMAN

 
Kultur Jaringan Tanaman
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.[1]

Prinsip

Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.[1] Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.[1] Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin), berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.[2] Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi.[3] Teori ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.[3] Oleh karena itu, semua organisme baru yang berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.[3]

Prasyarat

Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan yang dibiakkan.[2] Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril.[4] Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung kehidupan jaringan.[2] Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan untuk hidup dan memperbanyak dirinya.[2]

Media

Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. [2] Media padat pada umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar.[2] Media cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air.[2] Media cair dapat bersifat tenang atau dalam kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.[2] Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya.[4] Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro.[5] Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. [6]
Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi.[7][8] Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen).[7] ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.[7] Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.[7][8]
Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. [9] Proses ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.[9]

Beberapa jaringan yang lambat dalam pertumbuhan mereka. Bagi mereka akan ada dua pilihan: (i) Optimalisasi media tumbuh, (ii) Membudidayakan sehat dan penuh semangat tumbuh jaringan atau varietas.[10] Necrosis bisa merusak jaringan kultur. Umumnya, nekrosis kultur jaringan bervariasi dalam varietas yang berbeda dari tanaman. Dengan demikian, dapat dikelola oleh kultur sehat dan penuh semangat tumbuh varietas.[10]

Metode

Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.[2] Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur jaringan.[5] Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.[5] Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung akar, maupun kambium batang.[11] Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan fungsinya.[11] Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.[11]

Referensi

  1. ^ a b c (Inggris) Hameed N, Shabbir A, Ali A, Bajwa R. 2006. In vitro micropropagation of disease free rose (Rosa indica L.). Mycopath 4:35-38.
  2. ^ a b c d e f g h i Gunawan LW. 1987. Teknik Kultur Jaringan. Bogor: Pusat Antar Universitas Bioteknologi, Institut Pertanian Bogor. Hal. 252.
  3. ^ a b c (Inggris) Khan IA, Shaw JJ. 1988. Biotechnology in Agriculture. Punjab. Agric. Res. Coordination Board Faisalabad, Pakistan. pp. 2.
  4. ^ a b (Inggris) Ali G, Hadi F, Ali Z, Tariq M, Khan MA. 2007. Callus induction and in vitro complete plant regeneration of different cultivars of tobacco (Nicotiana tabacum L.) on media of different hormonal concentrations. Biotechnol. 6:561-566.
  5. ^ a b c (Inggris) Pierik RLM. 1999. In vitro culture of higher plants. 4th Edition. USA: Kluwer Academic Publishers. Hal. 16-27.
  6. ^ Marlina N. 2004. Teknik modifikasi media Murashige dan Skoog (MS) untuk konservasi in vitro. Buletin Teknik Pertanian 9(1):4-6.
  7. ^ a b c d (Inggris) Akiyoshi DE et al. 1983. Cytokinin/auxin balance in crown gall tumors is regulated by specific loci in the T-DNA. J. Proc. Natl. Acad. Sci. 80: 407-411.
  8. ^ a b (Inggris) Soomro R, Yasmin S, Aleem R. 2003. In vitro propagation of Rosa indica. Pakistan Journal of Biological Sciences 6(9):826-830.
  9. ^ a b (Inggris) Lyndon RF. 1990. Plant Development; The Cellular Basis. London: Unwin Hyman Ltd. Hal. 37-41.
  10. ^ a b (Inggris)Pazuki, Arman & Sohani, Mehdi (2013). "Phenotypic evaluation of scutellum-derived calluses in ‘Indica’ rice cultivars" (PDF). Acta Agriculturae Slovenica 101 (2): 239–247. doi:10.2478/acas-2013-0020. Diakses tanggal February 2, 2014.
  11. ^ a b c (Inggris) Evert RF, K.Esau, SE Eichhorn. 2006. Esau's Plant anatomy: meristems, cells, and tissues of the plant body: their structure, function, and development. 3rd edition. New Jersey: John Willey & Sons. Hal. 67-79.(https://id.wikipedia.org/wiki/Kultur_jaringan )

INDAHNYA ALAM PERTANIAN DI SMKN 1 MAJA


Maja–Subhanallah. Cuaca cerah pagi itu pada pertengahan Maret 2018 mewarnai alam pesawahan di SMKN 1 Maja. Tanaman hijau tampak menghampar di hektaran lahan pesawahan milik SMK N1 Maja. Sebagiannya digunakan untuk unit produksi pertanian, sebagiannya lagi  untuk praktek para siswa jurusan dan sisanya untuk teaching factory atau pengembangan jurusan Agribisnis Produksi Tanaman.
Awan nan indah bergelanyut di langit biru menghiasi alam ciptataan dzat yang maha indah, allah swt. menurut ilmu geografi, awan  tersebut di sebut Awan sirus. Awan sirus  adalah awan tinggi dengan ciri-ciri tipis, berserat seperti bulu burung atau gula-gula kapas.”Awan sirus sering muncul pertama kali di sepanjang daerah front. Pada awan ini terdapat kristal-kristal es. Terkadang puncak awan sirus bergerak dengan cepat. Arah anginnya juga dapat bervariasi,” tulis wikipedia.
Awan sirus terbentuk ketika uap air membeku menjadi kristal es pada ketinggian di atas 8000 meter.Semoga dengan mentafakuri alam nan indah ini menambah keimanan kita kepada Allah swt. aamin.[pkz]
 https://suitakanza.wordpress.com/2018/04/04/indahnya-alam-pertanian-di-smkn-1-maja/

Minggu, 12 November 2017

Yuk Belajar Hidroponik di SMKN 1 Maja Program Studi ATPH



SMK Negeri 1 Maja program studi Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura terus meningkatkan kualitas pembelajarannya. Salah satunya adalah dengan mengembangkan budidaya tanaman dengan menggunakan teknologi Hidroponik.  Hidroponik adalah teknik budidaya  dengan menggunakan media tanpa tanah. Media tersebut diantaranya media padat, media air dan media gas

Saat ini semua media tersebut diterapkan di SMKN 1 Maja. Kecuali media udara atau aeroponik masih belum.Yang sudah dan sedang dipelajari para siswa saat ini adalah sistem hidroponik menggunakan media arang sekam dengan sistem irigasi tetes, sistem hidroponik menggunakan media air dengan sistem Nutrient Film Technique  (DFT), Nutrient Film Tecnique (NFT) dan sistem sumbu wick system. [pd]

Senin, 13 Februari 2017

Teknik/ Cara menanam


Cara menanam yang baik dan benar merupakan satu factor yang menentukan  tumbuh  tidaknya  benih  yang  ditanam.  Untuk  tanaman yang berupa bibit maka cara menanam akan berbeda dengan tanaman yang di tanam berupa benih.
Cara menanam bibit:
a)  bibit dimasukkan kelubang tanam dengan posisi tegak, perakaran diatur agar akar tumbuh kesegala arah
b)  kemudian tanah galian lubang dimasukkan kedalam lubang tanam sambil di padatkan agar bibit dapat berdiri tegak dan kuat.
c)   Leher akar jangan tenggelam tetapi tepat pada permukaan tanah.


Cara menanam benih:

a)  Penanaman dilakukan bersamaan dengan pembuatan lubang tanam, yaitu lubang tanam dibuat dengan tugal yang biasanya terbuat dari kayu dengan diameter + 5 cm, panjang 150 cm dan salah satu ujungnya runcing
Sedangkan  untuk  petani  Negara  maju  alat  yang  digunakan  adalah  alat menanam modern yang dinamakan seed drill, caranya benih dimasukkan
29
kedalam lubang tanam ditambah dengan pemberian insektisida butiran yang bersifat sistemik (puradan 36) sejumlah 5-7 butir setiap lubangnya ditutup dengan tanah atau pupuk kandang sampai permukaan rata, pemberian insektisida bertujuan untuk mencegah kemungkinan adanya serangan hama.
Untuk penanaman dilahan kering biasanya dilakukan pada awal musim hujan, pelaksanaan penanaman dilakukan pada sore hari agar sinar matahari yang terik dapat dihindari.


Penyulaman

Bibit dan benih yang telah ditanam hendaklah selalu diamati (dikontrol) sebab tidak semua benih/bibit   yang ditanam akan tumbuh baik. Apabila ada benih/bibit yang tidak tumbuh harus segera dilakukan penanaman kembali  (harus  disulam).  Hal  ini  dimaksudkan  agar    jumlah/  populasi sesuai dengan yang diharapkan. Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali pada benih/bibit yang tidak tumbuh atau tidak mengamati kesalahan   pada   waktu   penanaman  atau   karena   gangguan   hama   dan penyakit di areal penanaman.
Penyulaman ini tidak bisa dilakukan sembarang melainkan harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan-ketentuan yang ada dan menguntungkan.   Kegiatan   penyulaman   ini   terganntung   dari   kondisi dilahan,  apabila  kondisi  tanaman  sudah  cukup  baik  tidah  perlu penyulaman. Sedangkan apabila kondisinya jelek (benih banyak yang tidah tumbuh,  tanaman  banyak  yang  tidak  normal/mati  )maka  penyulaman harus  dilaksanakan.  Agar  penyulaman  dapat  dilaksanakan  secara  efektif dan   efesien   maka   hal-hal   yang   harus   diperhatikan   adalah:   waktu
penyulaman, benih/bibit penyulaman dan cara penyulaman.
30
Waktu penyulaman yang tepat adalah 8-10 hari setelah tanam.  Benih/bibit untuk penyulaman harus sama dengan jenis yang digunakan pada saat penanaman. Hal ini diharapkan pertumbuhan tanaman seragam, sehingga memudahkan dalam dalam pemeliharaan dan pemanenan.
Cara penyulaman
Pada dasarnya cara penyulaman sama dengan cara menanam tanaman terdahulu yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara:
1) Menentukan tempat-tempat mana yang perlu dilakukan penyulaman yaitu tempat dimana benih tidak tumbuh, tumbuh tetapi tidak normal dan rusak karena dimakan/diserang hama.
2)  Pada  tempat-tempat  yang  telah  di  tentukan  di  buat  lubang  tanam dengan kedalaman sesuai dengan kebutuhan
3)  Benih/bibit yang telah disiapkan dimasukkan kedalam lubang tanam ditambah dengan insektisida butiran (furadan 36) sebanyak 5-7 butir perlubang tanaman
4) Lubang  tanam  di  tutup  dengan  tanah/pupuk  kandang  sampai permukaan merata .
5)  Dengan  mengunakan  cara  penyulaman  yang benar  dan  dilaksanakan pada waktu yang tepat maka akan memperoleh pertumbuhan tanaman yang lebih baik dan seragam.

Menyiapkan Benih/Bibit


1)  Memilih benih
Benih dipilih berdasarkan kriteria secara   genetic, fisiologis dan   fisik. Pemilihan benih/bibit yang tepat akan menentukan keberhasilan budidaya/produksi. Pemilihan secara genetic tidak bisa dilakukan dengan melihat fisik benih karena potensi genetic tidak terlihat.   Cara memilih benih secara genetic yaitu kita harus tahu jenis/varietas

Pemilihan benih berdasarkan kriteria secara fisik meliputi: kebersihan benih, ukuran dan  kesegaran benih
a)  Tingkat kebersihan benih
Salah satu ketentuan benih sesuai dengan standar yang ditentukan adalah tingkat kebersihan dan segala kotoran dari sisa-sisa bagian tanaman maupun kotoran lain (biji-biji lain gulma butiran-butiran tanah pasir.
b)  Ukuran dan kesegaran
Ukuran benih yang dimaksud adalah besar kecilnya setiap butiran benih yang berukuran seragam memiliki struktur embrio dan cadangan makanan yang cukup.
Pemilihan berdasarkan fisiologis yaitu pemilihan benih berdasarkan viabilitas benih (kemampuan benih untuk berkecambah).   Benih yang daya berkecambahnya tinggi menunjukan bahwa benih tersebut dalam kondisi bagus, persediannya makanan cukup, benih tidak terinfeksi, aktifitas enzim optimal.   Indikator fisiologis bagus diantaranya adalah
berat 1000 biji, warna benih.

Berat benih yang termasuk adalah berat setip butir yang biasanya di timbang untuk benih berukuran besar, pengukuran dengan cara menimbang 100 butir sedang untuk benih ukuran kecil 1000 butir.
Warna benih dapat mengindentifikasi kualitas suatu benih terutama untuk  mengetahui  lamanya  benih  tersimpan  tingkat  kesulitan  benih dari penyakit benih


2)  Memiliki Bibit
Untuk memperoleh tanaman agar dapat tumbuh baik dan seragam di lapangan maka    sebelum melakukan penanaman perlu dilakukan pemilihan bibit terlebih dahulu.      Adapun syarat bibit yang baik dan siap di pindahkan antara lain:
a)  Pertumbuhan sehat
b)  Calon batangnya lurus tidak patah c)   Struktur akarnya baik
d)  Daunnya sehat-sehat dan baik



Benih  atau  bibit  yang  baik syarat multak yang  harus  dipenuhi apabila kita akan   membudidayakan   suatu   tanaman.   Anda   sudah   mengkaji   kriteria benih dan   bibit   yang   baik.   Sekarang diskusikan sama teman, apa saja keuntungan menggunakan bibit yang baik!!!


3)  Menghitung kebutuhan benih
Benih  yang  disediakan  untuk  keperluan  tanam  harus  cukup  tidak kurang dan tidak berlebih. Hal ini dilakukan  agar penanamannya bisa bersamaan dan juga tidak ada kelebihan bahan yang berakibat pembengkakan biaya.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menghitung kebutuhan benih antara lain   luas lahan, jarak tanam, berat benih, jumlah biji per lubang dan daya berkecambah.

Y = A   *   S   * 100% * T
        P*g   1000    r

Keterangan:

Y = Berat benih yang di perlukan (kg)
A = Luas lahan yang akan ditanami (Ha) P = Jarak tanam antara barisan (m)
g = Jarak tanam dalam barisan (m)

r = Daya tumbuh benih (%)
s = Berat 1000 biji (gram)

t = Jumlah benih tiap lubang

Dalam menghitung kebutuhan bibit selain factor luas lahan dan jarak tanam, ada      factor lain yang harus diacu yaitu pola tanam yang diterapkan. Pola tanam ini berpengaruh pada jumlah lubang tanam/jumlah tanaman.  Jumlah lubang tanam pola segitiga jumlahnya berbeda dengan pola segiempat begitu pula dengan pola tanam yang akan, jumlah lubang tanamnya berbeda-beda

Pembuatan lubang tanam


Pembuatan lubang tanam untuk bahan tanam benih dilakukan dengan cara  menugal tanah dengan menggunakan alat tunggal

Lubang untuk menanam bahan tanam berupa bibit biasanya mengunakan caplak     atau cangkul yaitu tanah digali dengan ukuran panjang, lebar dan dalam tertentu sesuai dengan jenis tanaman. Contoh untuk  tanaman  cabai  ukuran:    diameter  lubang  10  cm  ,  dan  dalam lubang tanam 10-15 cm. Tanaman mangga, lebar20-30 cm panjang 20-30 cm dan dalam lubang tanam 30-40 cm.

Teknik penggalian tanah adalah tanah digali, tanah bagian atas dipisahkan     diletakan  di  bagian  kiri  dan  bagian  bawah  disimpan dibagian kanan, apabila sudah dilakukan penanaman tanah bagian atas tadi diberikan dibagian bawah agar kesuburan tanah terjaga   karena tanah bagian atas banyak mengandung humus.

Lubang tanam untuk tanaman   tahunan misal karet,  mangga,  durian dilakukan    seminggu sebelum tanam, hal ini dimaksudkan agar lubang tanam cukup oksigen,    sehingga reaksi-reaksi tanah, khususnya perubahan pH kearah netral dapat terjadi.



Pola Tanam

Pola tanam memliki arti penting dalam system produksi tanaman. Dengan pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen agroklimat, komponen tanah, komponen tanaman, komponen hama dan penyakit, komponen keteknikan dan komponen social ekonomi. Seluruh komponen tersebut dipadukan dan dimanfaatkan agar dapat tercipta produksi yang optimal.

Pola tanam merupakan bagian atau sub system dari system budidaya tanaman.  System  budidaya  tanaman  ini  dapat  dikembangkan  satu  atau lebih  system  pola  tanam.  Sebagai  contoh  system  budidaya  tanaman  di sawah tadah hujan dapat ditentukan pola tanam tunggal, misalnya jagung saja. Dapat pula ditanami beberapa tanaman seperti jagung dan padi gogo dengan system pola tanam tumpangsari. Contoh pola tanam tumpangsari yang lain yaitu jagung dan kedele, jagung dan kacang tanah.  Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan.  Hal  yang penting harus diperhatikan adalah persyaratan tumbuh antara kedua tanaman atau lebih terhadap lahan yang digunakan,  hendaklah mendekati kesamaan.  Disamping itu dua jenis tanaman atau lebih yang berbeda sifat pertumbuhannya, dapat pula ditanam  bersama  seperti  jagung  bertajuk  tinggi  dan  kacang  bertajuk rendah.

Pola tanam di daerah tropis seperti Indonesia, biasanya  disusun selama satu tahun dengan memperhatikan curah hujan atau kesediaan air.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan pola tanam yang efisien yaitu:

1)  Mempunyai    pengetahuan    yang    cukup    mengenai    tanaman    yang dibudidayakan
2)  Perlakuan teknis dan nasa panen perlu diketahui oleh petani, apabilamemungkinkan juga informasi harga pasar
3)  Tanaman selingan dan tanaman pokok yaitu jagung hendaknya saling menunjang. Tanaman selingan dapat berupa sayur-sayuran

Keuntungan dalam melaksanakan pola tanam ialah:


1)  Dalam  jangka  waktu  tertentu  dapat  memberikan  keuntungan  baik dalam pengelolaan lahan maupun segi ekonomis
2)  Penggunaan tenaga kerja lebih efisien, terutama dalam pemeliharaan tanaman termasuk pemupukan, penyiangan dan pembumbunan
3)  Hasil dari pola tanam memberikan produktifitas yang tinggi per satuanluas yang sama

Beberapa pola tanam yang biasa diterapkan yaitu


1)  Pola Tanam Tunggal

Pola tunggal merupakan penanaman dalam satu areal hanya ditanami satu jenis tanaman saja, misalnya hanya jagung saja atau hanya cabai saja.    Sistem  ini  biasanya  diterapkan  pada  komoditas  tanaman  yang
diusahakan dalam jumlah besar/lahan yang luas

2)  Tumpang Sari (Intercropping)

Tumpang sari merupakan salah satu cara pola tanam yang melakukan penanaman lebih dari satu tanaman, baik dalam umur yang sama maupun   umur   tanaman   yang   berbeda.   Sebagai   contoh   tanaman tumpang sari sama umur adalah jagung dan kedele sedangkan  contoh  tanaman  tumang  sari  beda  umur  adalah  jagung, ketela pohon dan padi gogo

3)  Tumpang Gilir (Multiple Cropping)

Pola tanam yang dilakukan secara beruntun sepanjang tahun dengan mempertimbangkan factor-faktor lain untuk memperoleh keuntungan maksimum. Faktor-faktor tersebut dapat berupa:

a)  Biaya pengolahan tanah dapat ditekan, dan kerusakan tanah sebagai akibat terlalu sering diolah   dapat dihindari
b)  Hasil  panen  secara  beruntun  dapat  memperlancar  penggunaan modal dan meningkatkan produktifitas lahan
c)   Kondisi lahan selalu tertutup tanaman, sangat membantu terjadinya erosi
d)  Sisa komoditas tanaman dapat dimanfaatkan sebagai pupuk hijau atau bahan pembuatan kompos

Contoh tanaman tumpang gilir: jagung muda, padi gogo, kacang tanah dan ubi kayu.

4)  Tanaman Bersisipan (Relay Cropping)

Tanaman bersisipan merupakan bentuk pola tanam dengan cara menyisipkan satu atau beberapa jenis tanaman, selain tanaman pokok pada sebidang lahan, baik dalam waktu tanam yang bersamaan maupun waktu yang berbeda.

Pada  umumnya  tipe  ini dikembangkan untuk mengintensifkan lahan, dengan demikian kemampuan lahan untuk menghasilkan semua produk pangan semakin tergali.  Oleh karena itu pengelola dituntut semakin jeli menentukan tanaman apa yang perlu disisipkan aagar waktu dan nilai ekonominya dapat membentu dalam usaha meningkatkan pendapatan.
Contoh:   Pada penanaman jagung disisipkan kacang tanah, waktu tanaman jagung manis menjelang panen disisipkan kacang panjang

5)  Tanaman Bergiliran (Sequential Planting)

Tanaman bergiliran adalah penanaman dua jenis tanaman atau lebih yang dilakukan  secara  bergiliran.    Setelah tanaman yang satu panen kemudian baru ditanam tanaman berikutnya pada sebidang lahan tersebut.

Pola tanam ini dilakukan atas dasar pertimbangan waktu tanam yang dianggap paling baik terhadap beberapa jenis tanaman yang telah direncanakan.    Tanaman tersebut ditanam secara bergiliran pada sebidang  tanah  yang  sama.  Tanaman  baru  ditanam  setelah  tanaman lama telah dipanen habis

Contoh:    Tanaman jagung dan kacang panjang

Tanaman jagung dan kacang tana

6)  Tanaman Campuran (Mixed Cropping)
Penanaman pada sebidang lahan yang terdiri atas beberapa jenis tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Semua tercampur menjadi satu.

Ditinjau dari segi efisiensi lahan, tanaman cempuran cukup efisensi dalam menggali potensi yang ada dan menghemat tenaga pemeliharaan. Ancaman  hama  dan  penyakit,     penanaman  dengan  cara  ini  sangat riskan, mudah terkena hama dan penyakit, terutama jenis tanaman yang dapat menjadi tanaman inang dari jenis lainnya.

Contoh:  Tanaman campuran yakni jagung, kedelai, ubi kayu